Kamis, 01 Januari 2015

PAKAN ALTERNATIF

Para peternak sekarang mengeluh dengan tingginya harga pakan pabrik, sedangkan hampir 70% biaya operasional peternakan terserap pada biaya pembelian pakan. Harga pakan yang melambung tinggi tidak di imbangi dengan kenaikan harga ayam, malah di beberapa daerah harga ayam jatuh. Kalau sudah begini, mau tidak mau para peternak harus mengasah kreatifitasnya dalam membuat pakan alternatif untuk ayam dengan tujuan menekan besarnya biaya operasional pakan ayam.

Berikut adalah beberapa pakan alternatif dan cara membuatnya :


Fermentasi ampas tahu 




  1. Siapkan ampas tahu yang akan di fermentasi.
  2. Peras ampas tahu dengan kain sampai kadar air 40% atau sampai benar-benar sedikit air nya (Lebih Bagus).
  3. Hamparkan ampas tahu pada wadah dan taburi ragi tempe sedikit demi sedikit, di aduk sampai benar-benar merata / gunakan Em4 dan molase juga bisa.untuk 20 Kg Ampas tahu 1-2 sendok makan. Ragi tempe nya 4 tutup botol Em4 & molase secukup nya.
  4. Masukan ampas tahu kedalam sebuah ember / plastik. Padatkan dan buat menjadi hampa udara.
  5. tutup rapat rapat ember / ikat plastik sampai benar-benar rapat.
  6. Simpan Selama 4-5 hari.
  7. Ampas Tahu siap di aplikasikan untuk pakan. Pemberian 30%-100%.
Sumber : Thank's to brother Irviyanto Hidayat. ^_^

Fermentasi Kulit Ari Kedelai


Kulit ari kedelai biasa kita ketahui untuk pakan campuran dalam pemeliharaan sapi, namundemikian setelah dilakukan beberapa proses bisa di berikan pada ayam pedaging sebanyak 40% dalam rangsum.


Salah satu bahan pakan sumber protein nabati dan energi yang selalu digunakan untuk penyusunan pakan ternak unggas adalah bungkil kedelai dan jagung, karena mengandung protein kasar dan energy metabolis yang tinggi, tetapi harganya relative mahal dan masih diimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk itu perlu dicari bahan pakan inkonvensional yang mengandung zat-zat makanan yang cukup dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Salah satu bahan tersebut adalah kulit ari biji kedelai.
Kandungan Bungkil kedelai :
protein kasar                                     17,98 %,
lemak kasar                                        5,5 %,
serat kasar                                          24,84 %
energy metabolis                             2898 kkal/kg
Untuk digunakan mencapai ransum 40% maka perlu di lakukan proses fermentasi, proses fermentasi bisa dengan menggunakan ragi tape dll hanya saja untuk yang satu ini kita menggunakan cara yang standar dilakukan di litbangdisnak yaitu dengan fermentasi menggunakan Aspergillus niger. Aspergillus niger adalah kapang yang dapat menghasilkan enzimenzim ekstraseluler antara lain enzim selulolitik, amilolitik dan proteolitik (Sudarmadji dkk., 1989)
Proses fermentasi sama halnya fermentasi yang lain bisa dilihat di literatur lain dalam proses fermentasi.

Kandungan setelah di fermentasi

BK           85,12 %
PK           23,83 %
SK           9,62 %
LK           2,99 %
Ca*        0,07 %
P*           0,40 %
Em :       3268 kkal/kg
Sumber : NelwidaFakultas Peternakan Universitas Jambi, Jambi
Olahan kulit pisang
Buah pisang banyak mengandung karbohidrat, baik buahnya maupun pada kulit buah pisang sendiri. Buah pisang mengandung khrom yang berfungsi dalam metabolisme karbohidrat dan lipid. Selain khrom, kulit pisang juga mengandung vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, dan juga lemak yang cukup. Dari hasil analisis kimia, kulit pisang banyak mengandung air yaitu sebesar 68,90% dan karbohidrat sebanyak 18,50%.
Karbohidrat adalah senyawa organic yang tersusun atas atom karbon, hydrogen, dan oksigen. Beberapa fungsi karbohidrat adalah:

  1. Sumber energi bagi kebutuhan sel-sel jaringan tubuh. Sebagian dari karbohidrat diubah langsung menjadi energi untuk aktifitas tubuh, dan sebagian lagi disimpan dalam bentuk glikogen di hati dan di otot. Ada beberapa jaringan tubuh seperti sistem syaraf dan eritrosit, hanya dapat menggunakan energi yang berasal dari karbohidrat saja.
  2. Melindungi protein agar tidak dibakar sebagai penghasil energi. Kebutuhan tubuh akan energi merupakan prioritas pertama bila karbohidrat yang dikonsumsi tidak mencukupi untuk kebutuhan energi tubuh dan jika tidak cukup terdapat lemak di dalam makanan atau cadangan lemak yang disimpan di dalam tubuh, maka protein akan menggantikan fungsi karbohidrat sebagai penghasil energi. Dengan demikian protein akan meninggalkan fungsi utamanya.
  3. Sebagai zat pembangun. Apabila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tidak dapat dihindari lagi.
Karbohidrat yang terkandung dalam kulit pisang adalah amilum (pati). Amilum (pati) yang terdapat dalam kulit pisang ini dapat dimanfaatkan oleh hewan ternak seperti kelinci dan unggas. Karbohidrat dari kulit pisang ini baik bagi tiap tahap pertumbuhan ternak.

Dari hasil analisis proksimat diperoleh komposisi nutrient kulit pisang sebagai berikut : BK = 12,6 %; BO = 80,36%; PK = 8,36 %; gula reduksi = 42,34 % dan gula terlarut = 5,41 %. Kandungan karbohidrat yang besar terutama gula reduksi pada kulit pisang ambon termasuk dalam Readily Available Carbohidrates (RAC) dengan energy bruto sebesar 3724,32 Kcal/kg.

Proses Pengolahan Kulit Pisang menjadi pakan ternak ayam
Salah satu proses pengolahan kulit pisang untuk mengurangi banyaknya limbah kulit pisang adalah dengan mengubah bentuk kulit pisang menjadi tepung kulit pisang yang lebih mudah dimanfaatkan. Dengan proses ini, kulit pisang yang hanya dianggap sebagai limbah, memiliki nilai guna yang lebih besar dan nilai ekonomi yang tinggi.
Dalam pembuatan tepung kulit pisang bahan utama yang diperlukan adalah kulit pisang, kulit pisang dapat diperoleh dari berbagai jenis buah pisang. Metode pembuatan tepung yang digunakan adalah metode pemanasan kering dan penggilingan.

Cara pembuatan tepung kulit pisang adalah sebagai berikut:

  1. Mencuci kulit pisang. Proses ini dilakukan untuk membersihkan kulit pisang dari kotoran-kotoran yang menempel pada kulit pisang. Proses pembersihan ini dapat dilakukan menggunakan air biasa.
  2. Merendam kulit pisang dengan larutan natrium tiosulfat. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan kulit pisang yang mudah dipotong dalam ukuran kecil.
  3. Memotong kulit pisang menjadi potongan kecil. Proses ini dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan kulit pisang. Kulit pisang dapat dipotong dengan ukuran 0,5 – 1 cm.
  4. Mengeringkan kulit pisang. Proses ini dilakukan untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam kulit pisang. Proses pengeringan ini dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu pengeringan dengan sinar/panas matahari ataupun dengan menggunakan oven. Bila menggunakan sinar/panas matahari dapat memakan waktu hingga 2 hari, sedangkan dengan menggunakan oven hanya membutuhkan waktu maksimal 2 jam.
  5. Menggiling kulit pusang. Kulit pisang yang sudah kering dapat digiling dengan menggunakan alat penggiling untuk mendapatkan kulit pisang dalam bentuk tepung. Bentuk tepung memudahkan ternak unggas untuk mengkonsumsi kulit pisang. Selain itu, bentuk tepung juga memudahkan peternak untuk memodifikasi bentuk untuk pemberian pada ternaknya sendiri.
  6. Mengayak tepung kulit pisang. Proses ini dilakukan untuk memisahkan antara tepung kulit pisang dalam bentuk serbuk dengan kulit pisang berbentuk butiran. Selain itu proses ini memudahkan peternak dalam pemberian tepung kulit pisang ke hewan ternak.
  7. Mengemas tepung kulit pisang. Tepung kulit pisang yang kadar airnya sudah berkisar antara 10%-14% dapat segera dikemas untuk dipasarkan. Selain untuk dipasarkan, proses ini dilakukan untuk menyimpan tepung kulit pisang agar tidak mengalami penurunan kualitas. Proses ini dapat dilakukan maupun tidak. Proses ini dapat dilakukan jika produsen tepung kulit pisang akan memasarkan tepung kulit pisang di daerah yang jauh dari lokasi produksi, selain itu jika produsen tepung kulit pisang ingin menimbun atau menyediakan persediaan tepung kulit pisang bagi ternaknya sendiri. Bisa juga tidak dilakukan jika produsen tepung kulit pisang ingin langsung memberikannya pada ternak.

Pada pengeringan oven, dihasilkan tepung yang berwarna lebih coklat, beraroma lebih harum dan bersifat lebih asam dibandingkan dengan tepung hasil pengeringan jemur.

Dampak dari pemberian kulit pisang bagi ternak
Dari berbagai macam penelitian yang telah dilakukan dijelaskan bahwa tepung kulit pisang tidak hanya dijadikan sebagai bahan pakan pengganti untuk ternak, tetapi sebagai bahan pakan pelengkap yang dapat melengkapi nutrisi yang belum ada pada pakan utama. Pemberian kulit pisang dapat dicampur dengan pakan utama, tetapi batas pemberiannya hanya 30%-50% dari total ransum yang diberikan.
Dijelaskan pula dampak dari pemberian ransum dengan bahan campuran tepung kulit pisang pada ternak unggas, khususnya ayam broiler, dapat menurunkan konsumsi ransum, bobot badan, berat karkas, namun meningkatkan konversi ransum. Pakan buatan yang mengandung tepung kulit pisang tidak mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah, dapat menurunkan kadar kolesterol daging, meningkatkan kadar kolesterol hati dan feses.

Alternatif penggunaan Rumput, Kayu Manis, dan Daun mengkudu

Dalam berbagai hal kita harus bisa mengaplikasikan (menggunakan) bahan yang ada disekitar kita, seperti beberapa peternak yang letak geografisnya jauh dari perkotaan tentunya menjadi satu masalah, dalam hal ini bisa dengan menggunakan beberapa bahan yang ada di kebon kita, sudah barang tentu bahan ini ada kayu manis dan mengkudu biasa di tanam di ladang di daerah lampung.t diatas :
Di bawah ini kita berikan kandungan yang ada dalam beberapa bahan yang terseb
Kandungan dalam Kayu Manis
  • ME (kkal/kg)                      1477
  • PK (%)                                   11,28
  • LK (%)                                   2,1
  • SK (%)                                   28,43
  • Ca (%)                                   0,52
  • P  (%)                                    0,04
Kandungan dalam Rumput Lapangan
  • ME (kkal/kg)                     1653
  • PK (%)                                  11,96
  • LK (%)                                   1,35
  • SK (%)                                   25,08
  • Ca (%)                                   0,32
  • P                                             0,32
Kandungan dalam Daun Mengkudu
  • ME (kkal/kg)                      2095
  • PK (%)                                   12,76
  • LK (%)                                   5,25
  • SK (%)                                   12,92
  • Ca (%)                                   2,26
  • P                                            0,05
Sumber analisis lab. Makanan ternak IPB (2010)  Analisis lab Nutrisi Non Ruminansia (2009) NRC (1994)
Penggunaan bahan diatas adalah tanpa melakukan fermentasi cukup dikeringkan dan di jadi kan tepung dan di campur dalam rangsum.
Fermentasi Kulit Kakao

         Sebagai penghasil coklat yang cukup besar , tentunya membuat kita senang, dikarenakan kulit ini mempunyai kandungan yang bagus untuk dijadikan sebagai pakan ternak ayam kampung kita, ada dua cara yang bisa kita gunakan :
Cara fermentasi pertama :
Kandungan  buah kakao mentah
Bahan Kering %                                                                 14,5
Abu %                                                                   15,4
Protein Kasar %                                                9,15
Lemak %                                                              1,25
Serat Kasar %                                                    32,7
BETN %                                                                 41,2
TDN %                                                                   50,3
ME, MJ/kg Bahan Kering                               7,60
Kecernaan Bahan Kering (KBK)                  76,3
Kecernaan Bahan Organik (KBO)               25,4
Ca                                                                           0,29
P                                                                             0,19

Kandungan Kulit buah kakao fermentasi

Bahan Kering %                                                                 18,4
Abu %                                                                   12,7
Protein Kasar %                                                12,9
Lemak %                                                              1,32
Serat Kasar %                                                    24,70
BETN %                                                                 47,1
TDN %                                                                   63,2
ME, MJ/kg Bahan Kering                               9,20
Kecernaan Bahan Kering (KBK)                  38,3
Kecernaan Bahan Organik (KBO)               42,4
Ca                                                                           0,21
P                                                                             0,13
Cara pembuatanya pun mudah, fermentasi ini dilakukan dengan bahan yg tersedia
Proses fermentasi
Bahan :
  • Kulit buah kakao basah 1 ton dengan kadar air 70 %
  • Probiotik rumen sapi (starbio) 3 kg
  • Pupuk urea 6 kg
  • Terpal Palstik
Proses pembuatan:
  • Cacah kulit buah kakao segar dengan ukuran 2 cm
  • Keringkan kulit buah kakao di atas terpal
  • plastik dengan penyinaran matahari
  • selama 6 jam atau sampai kadar air 70 %
  • Kulit buah kakau di campur dengan rumen sapi (starbio), urea di campur merata
  • Masukkan dalam karung plastik besar / terpal plastik kemudian diikat.
  • Setelah 2 minggu hasil fermentasi dibongkar kemudian keringkan dengan cara dianginanginkan, setelah kering baru digiling dengan mesin penggiling tepung.
Demikian singkat dan mudah nya penggunaan bahan ini pada ayam bisa sampai 20 % dari seluruh jumlah bahan ransum pakan yg hendak dibuat
SUMBER lampung.litbang.deptan.go.id
Cara fermentasi ke dua
Fermentasi Kulit kakakau dengan campuaran Ampas tahu
Kulit Buah Kakao(KBK) (60 %)  + Ampas Tahu / AT(40 %)
+
PencampuranPengukusan ( 1000C, 15 ‘)
+
Pendinginan (suhu kamar)
+
Inokulasi dgn Neurospora crassa (9 % dari jumlah substrat)
+
Inkubasi 5-7 hari (ketebalan 2 cm)
+
Produk KBKATF
Sumber Dinas sulsel.info
Neurospora crassa adalah jenis jamur spora yang tumbuh di jangel+ jagung yg sudah direbus
Dalam proses ini bisa di tambah em4 atau starbio . hasil dari fermentasi yang kedua ini juga bisa diberikan 20% dari seluruh jumlah rangsum pakan.
Fermentasi Ampas Kelapa parut

Ampas kelapa biasanya hanya kita buang atau dikasihkan kepada ayam begitu saja tanpa dilakukan proses apapun, dan di beberapa tempat jasa pembuatan santen hanya dibuang menjadi sampah..
Kita sebagai peternak yang harus jeli dalam proses pembiayaan pakan bisa mengambil jenis ini guna memaksimalkan efisiensi biaya pakan. Hasil fermentasi ampas kelapa lumayan tinggi kandungan protein serta kemampuan diserap oleh ayam kampung kita. ). Hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar protein ampas kelapa setelah fermentasi dari 11,35% menjadi 26,09% atau sebesar 130% dan penurunan kadar lemak sebesar 11,39%. Kecernaan bahan kering dan bahan organik meningkat masing-masing dari 78,99% dan 98,19% menjadi 95,1% dan 98,82%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pakan yang dihasilkan cukup aman untuk ternak. Penggunaan dalam ransum bisa mencapai 20% dari jumlah total bahan ransum pakan ayam kampung kita.
Cara Fermentasi dengan kimia :
Bahan baku yang digunakan adalah ampas kelapa hasil samping pengolahan minyak kelapa murni di Cianjur Selatan dan spora Aspergillus niger yang diperoleh dari Balitnak Ciawi. Bahan kimia yang digunakan adalah
  • (NH4)2SO4,
  • urea,
  • NaH2PO4,
  • MgSO4,
  • KCl,
Alat-alat yang digunakan adalah timbangan kasar, timbangan analitik, kompor, pengukus, pengaduk, nampan, nampah, plastik, ember, dan alat-alat lain yang digunakan untuk analisa. Proses pengolahan ampas kelapa menjadi pakan dilakukan secara fermentatif, yaitu dengan menggunakan spora Aspergillus niger. Diagram alir pengolahan ampas kelapa menjadi pakan ternak terlihat pada. Ampas kelapa ditambah air, diaduk dan dikukus. Setelah didinginkan hingga mencapai suhu ± 70°C diaduk bersama campuran mineral, ditambahkan spora Aspergillus nigerdan diaduk kembali sampai merata. Adonan kemudian dimasukkan ke dalam plastik dandifermentasi secara aerob dan anaerob. Ampas hasil fermentasi kemudian dikeringkan dan dikemas dalam wadah plastik.
Fermentasi Onggok Singkong

Onggok singkong (ampas tela) tentu tidak asing bagi masyarakat indonesia khususnya di Lampung, onggok ini mungkin lebih banyak di ketahui untuk pakan tambahan dalam beternak sapi namun demikian ternyata mempunyai kandungan yang bagus untuk dijadikan salah satu bahan pakan ayam kampung kita bahkan ayam pedaging sekalipun.
Komposisi kimia singkong pada beberapa bagiannya berdasarkan bahan kering
Kandungan nutrisi                           Daun (%)             Batang (%)          Umbi (%)             Kulit umbi (%)
Protein kasar                                     23,2                         10,9                         1,7                        4,8
Serat kasar                                          21,9                         22,6                         3,2                       21,2
Ekstrak eter                                              4,8                           9,7                         0,8                         1,22
Abu                                                             7,8                           8,9                           2,2                        4,2
Ekstrak tanpa N                                   42,2                         47,9                         92,1                       68
Ca                                                                0,972                       0,312                    0,091                   0,36
P                                                                  0,576                       0,341                    0,121                    0,112
Mg                                                              0,451                       0,452                     0,012                   0,227
Energi metabolis (Kkal/kg)       2590                        2670                       1560                    2960
Sumber: DEVENDRA (1977)
Banyak percobaan dilakukanoleh ilmuan akademisi maupun balitnak, namun demikian jarang sekali di manfaantkan oleh peternak. Sebelum difermentasi, onggok dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air maksimal 20% yang untuk selanjutnya digiling. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulan. Untuk mengolah 10 kg bahan baku pakan dibutuhkan 80 g kapangAspergillus niger dan 584,4 g campuran mineral anorganik. Sepuluh kg onggok kering giling dimasukkan kedalam baskom besar ukuran 50 kg. Selanjutnya ditambahkan 584,4 g campuran mineral dan diaduksampai rata. Kemudian ditambahkan air hangat sebanyak 8 liter, diaduk sampai rata dan biarkan beberapa menit. Setelah agak dingin ditambahkan 80 g Aspergillus niger dan diaduk kembali sampai rata, setelah rata dipindahkan ke dalam baki plastik dan ditutup. Fermentasi dilakukan selama 4 hari. Setelah terbentuk miselium di permukaan atau tampak seperti tempe maka produk onggok terfermentasi selanjutnya dipotong-potong, diremas-remas dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C. Selanjutnya produk digiling dan dianalisis komposisi nutriennya
Komposisi kimia dari onggok sebelum dan sesudah fermentasi

Parameter (%)                           Onggok                  Onggok terfermentasi
Protein kasar                                  2,2                                          25,6
Protein sejati                                  2,2                                          18,4
Abu                                                  2,4                                                2,6
Serat kasar                                   31,6                                          30,8
Karbohidrat                                 51,8                                           36,2
Energi metabolisme                   2960                                      2960 Kkal/kg
Sumber: *DEVENDRA (1997); **SUPRIYADI (1995)
Dilihat dari kandungan proteinnya, maka onggok terfermentasi, lebih baik dari jagung, dedak padi atau polard yang masing-masing mengandung protein sekitar 8,5; 12 dan 15% (HARTADI et al., 1980). Kandungan protein onggok terfermentasi setara dengan bungkil kelapa (18%), namun masih lebih rendah dari bungkil kedelai yang kandungan proteinnya antara 42-49%.
Penelitian fermentasi pada kulit singkong telah banyak dilakukan, DARMA et al. (1991) mengemukakan proses fermentasi tersebut : Kulit singkong dicuci dengan air bersih untuk dihilangkan kotorannya yang menempel, setelah bersih ditiriskan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60ºC selama 24 jam. Kulit singkong yang telah kering tersebut digiling berbentuk butiran kecil yang bertujuan untuk memperluas permukaan fermentasi. Kemudian dikukus dengan penambahan lebih dahulu air bersih pada kulit singkong giling dengan perbandingan 1,2 : 1. Pengukusan dilakukan selama 30 menit dihitung pada saat uap air mulai keluar dari permukaan atas kulit singkong yang dikukus. Setelah terjadi gelatinisasi dan matang, diangkat lalu didinginkan. Substrat yang telah dingin tadi diberi urea dan garam mineral dengan perbandingan untuk satu kg kulit singkong matang ditambah 31.25 g (NH4)2SO4, 16,7 g urea, 7,19 g NaPO4.2H2O, 2,08 g MgSO4, 0,63 KCl, 0,31 g ferrosulphat, dan 0,28 g CaCl2. Setelah urea dan mineral bercampur merata, lalu diinokulasikanlah spora jamur Aspergillus niger pada substrat sebanyak 1 g dengan konsentrasi spora 1012/g. Kemudian
substrat yang telah diberi spora tersebut diletakkan pada wadah persegi empat dari plastik yang berlubang terutama pada bagian dasarnya untuk membuang uap air yang terbentuk selama fermentasi. Fermentasi dilakukan pada ruangan bersuhu 32 – 33ºC dengan kelembaban 90% selama 3 – 4 hari dimana miselium dari jamur A. niger telah menyebar merata dan berwarna putih. Setelah selesai proses fermentasi, produk dipotong-potong dan dikeringkan dalam oven yang bersuhu 60ºC selama 48 jam. Produk yang telah kering tadi, lalu digiling sehingga hasil akhirnya berupa tepung. Komposisi kimia kulit singkong hasil fermentasi oleh jamur Aspergillus niger dan tanpa fermentasi dapat dilihat sebagai berikut :
Kandungan Onggok (ampas) singkong
Zat gizi                                                  Tanpa fermentasi* Fermentasi                  dengan A. Niger** Zat gizi
HCN (%)                                                                 –                                                                               0
Urea                                                                       –                                                                               0,48
Protein kasar (%)                                                  4,8                                                                          28
Serat kasar (%)                                                      21,2                                                                        14,96
Ekstrak eter (%)                                                    1,22                                                                        -
Abu (%)                                                                  4,2                                                                          -
Ekstrak tanpa N (%)                                              68                                                                           -
Ca (%)                                                                     0,36                                                                        1,69
P (%)                                                                       0,112                                                                      0,68
Mg (%)                                                                    0,227                                                                      -
Energi metabolis (Kkal/kg)                          2960                                                                       2700
terlihat bahwa kandungan protein kulit singkong meningkat sampai 28%, artinya bertambah sekitar 23% dibanding kandungan protein kulit singkong yang tidak difermentasi, kandungan serat kasar juga mengalami penurunan dengan proses fermentasi, dimana bila tidak difermentasi kandungan serat kasarnya adalah 21,2% dan setelah difermentasi kandungan serat kasarnya 14,96%. Hasil analisis juga menunjukan bahwa kandungan singkong hasil fermentasi tidak mengandung HCN lagi (0,00%). Artinya produk fermentasi  singkong tidak lagi memiliki zat anti nutrisi yang beracun bagi ternak.
SUMBER peternakan.litbang.deptan
Mantapkan ??
Sekarang kita bahas onggok yang setelah difermentasi bisa sampai 40% dalam rangsum, banyak jalan menuu roma, nah saya ambil yang sudah falid baik cara maupun hasil dalam penggunaanya. Adapun fermentasi onggok ini dengan cara menggunakan urea + Zeolit dan tentunya onggok itu sendiri. data di ambil dari ITB yang sudah teruji
Memaksimalkan onggok 40% dalam rangsum pakan  :

Bahan fermentasi onggok :
  • Zolit                                                       21.78 gram
  • Urea                                                      26.14
  • Ammonium Sulfat                           13,07
  • Starte Aspergillus niger                 1,74
  • Air                                                          1liter
Penggunaan diatas adalah untuk 1 kg bahan polar BK 871,2 gram
Langkah lahkah fermentasi Onggok kering di giling halus :

  • Zeolit bubuk sebanyak 25% bahan BK onggok dicampur hingga homogen
  • Kukus selama 15 menit dengan suhu 1200C. 30 – 45 menit suhu 90 0C
  • Dinginkan lalu dicampur dengan urea 3% dari bobot BK bahan
  • Amoniumsulfa dicampurkan sebanyak 1,5 bobot BK onggok
  • Campur semua bahan hingga homogen
  • campur secara merata air 1:1 agar mencapai kadar air70%
  • campurkan starter aspergillus Niger ditambah 0,2 dari BK bahan
  • semua bahan yang sudah dicampur masukan dalam inkubasi selama 6 hari dalam suhu ruangan
  • setelah itu keringkan diofen 60% selama 48 jam atau dengan sinar matahari sampai kering.
Eceng gondok

Kandungan dalam enceng Gondok
Tabel 1 . Komposisi kimia daun eceng gondok.
  1. Bahan Kering                                                     : (BK ) 83,34
  2. Protein Kasar (PK )                                          : 40 %
  3. Serat Kasar (SK )                                               : 15,25
  4. Lemak Kasar (LK)                                              : 3,67
  5. Bahan Ekstak Tanpa Nitrogen (BETN)      : 31,53
  6. Kalsium (Ca)                                                       : 1,81
  7. Posfor (P)                                                            : 0,52
  8. Abu                                                                        : 16,46
  9. Energi kasar (GE)                                              : 33,84 Kal/gr
Sumber : 1) Lab. Balitnak Bogor 

Disamping itu daun eceng gondok mengandung mineral yang cukuptinggi (Tabel 1). Menurut SUPARNO (1979) yang disitasi oleh HARTADI et al.(1985) daun eceng gondok mengandung kalsium lebih tinggi dari pada batangdan akarnya. Kalsium dalam daun berguna untuk menetralkan asam organik hasil metabolisme (seperti asam oksalat) yang bersifat racun bagi ternak .LITTLE (1968) dalam SUHARSONO (1979) melaporkan bahwa daun eceng gondok diperkaya dengan kandungan karotennya yang cukup tinggi sekitar 109.000 IU /100 gram. Hijauan eceng gondok dalam penggunaannya juga dapat dibuat sebagai konsentrat protein daun (KPD). KPD eceng gondok biasanya mengandung protein kasar 40 % . Tiga perempat (3/4) bagian merupakan protein murni (true protein) clan nilai biologinya berada di antara kedelai dan air susu. KPD berwarna hijau, dari segi palabilitas akan lebih menguntungkan jika dicampur dengan bahan pakan lainnya (HARTADI et al., 1985).

Percobaan pada ayam petelur
SUHARSONO (1979) telah melakukan percobaan terhadap ayam petelur jenis Hyline berumur 12 bulan yang diberi ransum basal dari PT. Cargill Indonesia clan penambahan daun eceng gondok sebanyak 0 ; 2,5 ; 5 ; 7 clan 10%. Selanjutnya produksi telur diukur (berat telur, jumlah butir telur setiap ekor/minggu) clan kualitas telur (nilai Haugh unit warna kuning telur, telur diukur setiap tiga minggu sekali). Berdasarkan hasil analisis kandungan zat-zat makanan ransum yang diberi tambahan daun eceng gondok menunjukkan adanya peningkatan serat kasar dari 2,64 % menjadi 4,06 % clan protein yang relatif kecil. Sedangkan hasil percobaannya menunjukkan bahwa penambahan eceng gondok sampai 10 tidak merugikan baik terhadap produksi telur maupun kualitas telurnya. Berarti peningkatan serat kasar pada penambahan eceng gondok sampai 10 ticlak berpengaruh. Hal ini juga dilaporkan oleh INOUNU et al. (1980) pemberian daun eceng gondok sampai dengan 12 % sebagai pengganti dedak dalam ransum secara menyeluruh tidak menyebabkan gangguan yang merugikan baik terhadap produksi telur maupun konsumsi ransum. Meskipun secara statistik antar perlakuan serat kasar tidak berbeda nyata namun pengaruh tingginya kanclungan serat kasar dalam ransum akibat penambahan daun eceng gondok dapat mengakibatkan penurunan produksi telur seperti yang terlihat pada Gambar 1 (INOUNU et al., 1980). Dari hasil pengukuran kualitas telur menunjukkan adanya pengaruh terhadap warna kuning telur. Mungkin disebabkan tingginya provitamin A (β karoten) dalam eceng gondok.
Percobaan Ayam Pedaging
Berbeda dengan ayam petelur, penambahan eceng gondok 0 ; 2,5 ; 5 ; 7% terhadap ransum basal dari PT. Subur menghambat pertumbuhan ayam broiler. Meskipun pemberian 2,5% eceng gondok tidak berbeda nyata dengan kontrol (0%) yang diberi tambahan kangkung sebanyak 5% namun memberikan pengaruh yang merugikan mungkin disebabkan kandungan serat eceng gondok yang cukup tinggi, ayam pedaging sensitif terhadap kenaikan tingkat serat kasar dalam ransum (SUHARSONO, 1979). Guna menjadikan enceng godok bisa digunakan dalam ayam pedaging maka akan di jelaskan cara pengolahanya sehingga dapat diberikan kepada ayam kita
Fermentasi tepung eceng
  Eceng gondok yang akan digunakan sebagai substrat diambil daun dan pelepahnya 5 cm dari bawah daun. Selanjutnya dipotong-potong dan dikeringkan di bawah sinar matahari. Setelah kering digiling untuk dijadikan
tepung. T. harzianum ditanam pada media agar-agar kentang (PDA) sampai umur 3 hari. Sebagai media inokulum digunakan campuran dedak dan air (5:3) steril. Pada 100 g dedak diinokulasikan 10 cetakan pelubang gabus diameter 0,5 cm dan kemudian diinkubasikan pada suhu kamar selama 4 hari. Untuk mengolah setiap 1000 g tepung eceng gondok ditambah dengan 600 ml aquadest dan disterilisasi dengan otoklaf selama 30 menit (121°C, 1 atm), kemudian dibiarkan dingin pada suhu ruang. Sebagai sumber nutriennya dipakai campuran mineral menurut BROOKet al. (1969)
dengan komposisi:
  1. Jamur T. Harzianum                         50g.
  2. Urea                                                       7,5 g,
  3. MgSO4 7H2O                                         0,375 g,
  4. FeSO4 7H2O                                           0,15 mg,
  5. ZnSO47H2O                                           0,15 mg,
  6. MnSO4 4H2O                                         0,15 mg,
  7. KH2PO4                                                                            1,5 g
  8. tiamina hidroklorid                           18,75 mg
bahan 2 sd 8 dilarutkan dalam 100 ml aquades
 Campuran tersebut digunakan sebanyak 60 ml untuk 1000 g tepung eceng gondok dan dicampur merata dengan inokulan sebanyak 5% (50 g) dari berat substrat. Adonan tersebut dibungkus dengan plastik yang dilubangi dan diletakkan pada rak dalam ruangan yang sebelumnya sudah disterilkan. Fermentasi dilakukan selama 4 hari pada suhu ruang. kemudian dikeringkan, dengan cara menjemurnya di bawah sinar matahari,
 Kandungan enceng gondok setelah difermentasi :
Protein kasar                     10,21
Serat kasar                          21,82
Lemak kasar                     2,99
Kalsium                            0,44
Fosfor                                     0,60
NDF                                       46,48
ADF                                        34,95
Hemiselulosa                     12,43
Selulosa                               31,09
Lignin                                      2,18
Silika                                        0,78

Dalam penggunaanya bahan ini bisa di gunakan dengan maksimal campuran 15% dari bahan
 Sumber : MAHMILIA: Perubahan nilai gizi tepung eceng gondok fermentasi dan pemanfaatannya sebagai ransum ayam pedaging
Membuat silase dan pakan alternatif dengan asam amino dari bekicot
Bekicot sering kita lihat disekitar kita, binatang ini cukup tinggi proteinya dan bagusnya mempunyai kandung Asam amino yang sangat tinggi, Asam amino esensial, asam ini mampu diserab bahkan dengan kandungan terkecil secara mudah,  ini sangat penting dibutuhkan dalam berternak ayam yang mengejar hasil daging (pedaging). Selain protein tinggi juga mengandung vitamin.
Kandungan bekicot :
Bekicot Mentah                Bekicot Rebus
  1. Air                          :               7,59                                        7,54
  2. Protein                 :               59,27                                     57,72
  3. Kalsium                :                 3,62                                        4,60
  4. Lemak                   :               6,40                                        7,83
  5. Fospor                  :               0,85                                        0,95
  6. Serat Kasar         :               2,47                                        0,0,8
Sumber : (Kompiang,1979)
Kandungan Asam Amino Bekicot :
                Asam Amino                                                      Daging Bekicot
Asam Amino Esensial
  1. Isoleusin                                                                                  2,64
  2. Leusin                                                                                       4,62
  3. Lisin                                                                                           4,35
  4. Metionin                                                                                   1,00
  5. Sistin                                                                                          0,60
  6. Fenilalanin                                                                              2,62
  7. Tirosin                                                                                      2,44
  8. Treonin                                                                                     2,76
  9. Valin                                                                                          3,07
Asam Amino bukan Esensial
  1. Arginin                                                                                        4,88
  2. Histidin                                                                                        1,43
  3. Alanin                                                                                          3,31
  4. Asam Aspartat                                                                          5,98
  5. Olisin                                                                                             8,16
  6. Prolin                                                                                             3,82
  7. Glisin                                                                                             2,79
  8. Serin                                                                                              2,96
Kandungan 100g/bahan berat kering
Sumber : (Kompiang dan Creswell 1980)
Dengan ini bisa dilihat betapa besarnya maanfaat bekicot ini, bisa di fungsikan sebagai pengganti tepung ikan/daging.. dan melihat begitu besarnya asam amino esensial sangat dianjurkan untuk menggunakan dalam rangsum, ya itu dengan membuatnya tepung, ataupun ekstrak cair… penggunaan bisa mencapai 30 % dari jumlah ransum namun seyogyanya bisa di kisaran mak 25% untuk ayam pedaging …
Membuat Tepung Bekicot Mentah (Raw Snail Meal)
  • Bekicot dicuci bersih
  • Keluarkan isi bekicot dari cangkang
  • Jemur seluruh isi bekicot (jeroan dan daging) sampai kering (5-6hari)/oven 600C selama 12 jam
  • Setelah kering benar lalu digiling
Membuat Tepung bekicot rebus (Boiled snail meal)
  • Bekicot dicuci (bersihkan)
  • Direndam air garam (10%) selama 12 jam lakukan pengadukan 2-3 jamsekali
  • Cuci dengan air biasa (tawar)
  • Direbus
  • Pisahkan dari cangkangnya
  • Dijemur 2 hari
  • Digiling
Bekicot selain bisa di buat tepung juga bisa dengan membuat silase
Cara pembuatanya :

Pembuatan silase bekicot dengan cara daging bekicot yang telah dipisahkan dari
cangkangnya kemudian digiling menggunakan penggilingan daging . Daging bekicot
dicampur dengan onggok dengan perbandingan 2:1 . Campuran ini dimasukkan kedalam
kantong plastik atau wadah kedap udara (unaerob) dengan mengikat ujungnya. Bagian
atas kantong plastik diberi selang dan ujung selang yang satunya lagi dimasukkan
kedalam ember yang berisi air. Kegunaan selang ini untuk mengeluarkan gas yang ada
didalam kantong plastik . Campuran daging bekicot dan onggok singkong ini
difermentasi . Campuran dalam wadah disimpan selama 2 minggu. Setelah itu silase ini
dikeluarkan dan dikeringkan seperti biasa, (dengan panas matahari atau dengan
dimasukkan kedalam oven).
Azola

Pada tahun 2002 International Journal of Poultry Science, Bangladesh mencobakan jumlah kandungan Azolla dalam ransum ayam broiler sebanyak 5%, 10%, 15%. Dalam jumlah 5%, sebenarnya ayam tumbuh lebih baik dibanding pakan biasa. Pada 10% dan 15% berat badan hampir sama dengan yang diberi pakan biasa, tetapi lemak di perut unggas agak berkurang
Azolla adalah nama tumbuhan paku-pakuan akuatik yang mengapung di permukaan air. Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae, alga biru hijau (Cyanobacteria) dan Azolla sebagai inangnya atau rumah bagi alga. Alga hidup di rongga yang ada di sisi permukaan bawah daun Azolla. Dalam hubungan saling menguntungkan ini, Anabaena bertugas memfiksasi dan mengasimilasi gas nitrogen dari atmosfer. Nitrogen ini selanjutnya digunakan oleh Azolla untuk membentuk protein. Sedangkan tugas Azolla menyediakan karbon serta lingkungan yang ‘nyaman’ bagi pertumbuhan dan perkembangan alga. Hubungan simbiotik yang unik inilah yang membuat Azolla menjadi tumbuhan yang menakjubkan dengan kualitas nutrisi yang baik.
Azolla memiliki beberapa spesies, antara lain Azolla caroliniana, Azolla filiculoides, Azolla mexicana, Azolla microphylla, Azolla nilotica, Azolla pinnata var. pinnata,Azolla pinnata var. imbricataAzolla rubra.
Azolla sangat kaya akan protein, asam amino esensial, vitamin (vitamin A, vitamin B12 dan Beta- Carotene), mineral seperti kalsium, fosfor, kalium, zat besi, dan magnesium. Berdasarkan berat keringnya, mengandung 25 – 35% protein, 10 – 15% mineral dan 7 – 10% asam amino, senyawa bioaktif dan biopolymer. Sementara kandungan karbohidrat dan lemak Azolla sangat rendah. Komposisi nutrisinya membuat Azollasangat efisien dan efektif sebagai pakan ikan, ternak, dan unggas. Ternak dengan mudah dapat mencernanya, karena kandungan protein yang tinggi dan lignin yang rendah.
Percobaan pada hewan ternak penghasil susu, jika pakan dicampur dengan 1.5 – 2 kgAzolla per hari menyebabkan peningkatan produksi susu sebanyak  15%. Peningkatan kuantitas susu tidak saja karena kandungan gizi Azolla saja, sehingga diasumsikan bukan hanya nutrien, tetapi juga ada peningkatan komponen lain seperti  karotenoid, biopolymer, probiotik yang ikut meningkatkan produksi susu. Memberi pakan unggas dengan Azolla meningkatkan berat ayam broiler dan meningkatkan produksi telur.
Pada tahun 2002 International Journal of Poultry Science, Bangladesh mencobakan jumlah kandungan Azolla dalam ransum ayam broiler sebanyak 5%, 10%, 15%. Dalam jumlah 5%, sebenarnya ayam tumbuh lebih baik dibanding pakan biasa. Pada 10% dan 15% berat badan hampir sama dengan yang diberi pakan biasa, tetapi lemak di perut unggas agak berkurang.
Azolla juga dapat dijadikan pakan untuk biri-biri, kambing, babi, dan kelinci. Di Cina, budidaya Azolla bersama dengan padi dan ikan meningkatkan produksi beras sebanyak 20% dan ikan sebanyak 30%.
Azolla juga sangat mudah dibudidayakan dan sangat ideal sebagai pupuk hayati (biofertilizer) atau pupuk hijau untuk padi sawah. Permasalahan lahan di sawah adalah bahan organik tanah dan nitrogen seringkali terbatas jumlahnya, sehingga dibutuhkan sumber nitrogen alternatif sebagai suplemen pupuk kimia (sintetis). Salah satu sumber N alternatif yang cocok untuk padi sawah adalah AzollaAzolla sudah berabad-abad digunakan di Cina, Vietnam dan Filipina sebagai sumber N bagi padi sawah.
Suatu penelitian internasional di mana Indonesia (Batan) ikut terlibat, menghasilkan temuan bahwa Azolla yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae dapat memfiksasi N2-udara sebanyak  70 – 90%. N2 yang ‘ditambang’ oleh Anabaena dan  terakumulasi dalam sel daun Azolla ini yang digunakan sebagai sumber N bagi padi sawah. Laju pertumbuhan Azolla dalam sehari  0,355 – 0,390 gram (di laboratorium) dan 0,144 – 0,860 gram per hari (di lapang). Pada umumnya biomassa Azolla maksimum tercapai setelah 14 –28 hari setelah inokulasi. Dari hasil penelitian Batan diketahui bahwa dengan menginokulasikan 200 g Azolla segar per m2 maka setelah 3 minggu, Azollaakan menutupi seluruh permukaan lahan tempat Azolla ditumbuhkan. Dalam kondisi tersebut, dapat dihasilkan 30 – 45 kg N/ha yang setara dengan 100 kg urea, yang notabene adalah pupuk  kimia !! Lapisan Azolla di atas permukaan lahan sawah dapat menghemat penggunaan urea sebesar 50 kg urea/ha, kadangkala bila musim sangat baik Azolla dapat menghemat sampai dengan 100 kg urea/ha. Azolla tumbuh dan berkembang lebih baik pada musim penghujan daripada musim kemarau.
Kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya, antara lain :
  1. Nitogen (N) : 1,96 – 5,30 %.
  2. Phosphor (P) : 0,16 – 1,59 %.
  3. Kalium (K)  :  0,31 – 5,97 %.
  4. Calsium (Ca) :  0,45 – 1,70 %.
  5. Magnesium (Mg)  :  0,22 – 0,66 %.
  6. Sulphur (S) :  0,22 – 0,73 %.
  7. Silikat (Si) : 0,16 – 3,53 %.
  8. Natrium (Na)  : 0,16 – 1,31 %.
  9. Clorida (Cl)  :  0,62 – 0,90 %.
  10. Aluminium (Al)  :  0,04 – 0,59 %.
  11. Besi (Fe) :  0,04 – 0,59 %.
  12. Mangan (Mn) : 66 – 2,944 ppm.
  13. Cobalt (Co)  :  0,264 ppm.
  14. Seng (Zn)  :  26 – 989 ppm.

7 komentar:

Zulfahmi mengatakan...

Ulasan yang bernas, semoga menjadi amal jariah (ilmu yang bermanfaat).

Unknown mengatakan...

TERIMAKASIH ILMUNYA,, ILMU YANG BERMANFAAT SEMOGA PETERNAK INDONESIA LEBIH KREATIF.

Unknown mengatakan...

Jng berhenti berkarya Ini adalah perbuatan yg mulia. Semoga menjadi amal yg gda henti² nya

Sang Ronggeng mengatakan...

Tipsnya sangat membantu.....

Doyan Main mengatakan...

Jadwal Ayam Terbaru Klik Sini

Doyan Main mengatakan...

panduan dalam bermain slot ada disini...
Klik ==== > panduan slot

Ayo Segera Daftar Akun Bermain Anda..Gratiss..

Klik >>>>>>> Daftar Slot

Hubungi Segera:
WA: 087785425244
Cs 24 Jam Online

Unknown mengatakan...

Terima informasinya, sangat bermanfaat utk pengembangan peternakan.