Indonesia adalah negri yang kaya akan sumber daya alamnya. Mulai dari kekayaan alam berupa beragam jenis tumbuhan, hewan, sampai kepada bahan-bahan tambang yang tertimbun di dalam tanah seperti batubara, minyak, dan lain-lain. Salah satu kekayaan alam Indonesia adalah berbagai macam dan jenis hewan. Dalam hal ini yang akan di bahas adalah unggas atau ayam.
Di Indonesia banyak ragam jenis ayam asli Indonesia yang banyak hidup liar di hutan dan ada pula yang sengaja di budidayakan untuk di manfaatkan daging dan telurnya. Karena di budidayakan dengan sengaja untuk di manfaatkan daging dan telurnya, bahkan sampai ada di beberapa daerah ayam tersebut menjadi hewan endemik dan menjadi maskot kebanggaan bagi daerah tersebut.
Berikut ini adalah beberapa ragam ayam khas Indonesia.
Ayam Kedu :
Di Indonesia banyak ragam jenis ayam asli Indonesia yang banyak hidup liar di hutan dan ada pula yang sengaja di budidayakan untuk di manfaatkan daging dan telurnya. Karena di budidayakan dengan sengaja untuk di manfaatkan daging dan telurnya, bahkan sampai ada di beberapa daerah ayam tersebut menjadi hewan endemik dan menjadi maskot kebanggaan bagi daerah tersebut.
Berikut ini adalah beberapa ragam ayam khas Indonesia.
Ayam Kedu :
Ayam kedu adalah ras ayam lokal yang dikembangkan di wilayah Kedu, tepatnya di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Temanggung, dan Desa Kalikuto, Kecamatan Grabag, Magelang. Raslokal ini dikenal karena warnanya yang hitam, namun terdapat pula tipe yang berwarna putih. Ayam kedu tengah dikembangkan sebagai ras ayam unggul.
Ayam kedu pada awalnya berfungsi sebagai hewan ritual dan tidak dimuliakan sebagai pedaging atau petelur.
Saat ini dikenal empat macam tipe ayam kedu:
Ayam kedu hitam :Seluruh tubuh dan bulu berwarna hitam, hanya jengger dan kloaka masih kemerahan.
Ayam kedu cemani : Seluruh tubuh dan bulu hitam tanpa kecuali, bahkan daging dan tulang pun kehitaman.
Ayam kedu putih : Warna bulu putih.
Morfologi : Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri penampilannya. Belum ada bakuan resmi mengenai ukuran ini. Bobot babon/betina: 2-3 kg, jantan 3-4 kg, usia 6 sampai 8 tahun, berbulu keras, tubuh ukuran sedang, bulu ekor naik, Jenger ukuran besar, untuk subtipe cemani berwarna sangat hitam, warna mata coklat gelap, tabiat suka berkelana, betinanya sangat melindungi anaknya. Warna cangkang telur coklat, produksi telur 160 butir per tahun, mulai bertelur pada umur enam bulan.
Menurut catatan, ras lokal ini mulai ditangkarmurnikan oleh Tjokromihardjo pada tahun 1924, lalu dilanjutkan oleh dua anaknya. Khusus ayam cemani, yang paling bernilai sebagai bagian ritual atau pengobatan, terkait dengan legenda Ki Ageng Makukuhan.
Fisiologi : Secara genetik, ayam kedu seperti halnya ayam peliharaan di Nusantara dan Oceania diduga memiliki keturunan ayam bekisar.
Ayam nunukan :
Ayam nunukan adalah ras ayam lokal yang dikenal di daerah Nunukan, Tarakan, dan Tawau. Ciri khas ayam ini adalah bulu utama (pluma) sayap dan ekor tidak berkembang atau lambat berkembang, sehingga tampak tidak berekor. Ciri lainnya yang dominan adalah warna bulu yang coklat kemerahan dengan bagian ujung hitam (tipe Columbian). Warna sisik ceker (kaki) kuning atau putih.
Ayam nunukan baik untuk pedaging dan petelur. Produksi telur rata-rata lebih tinggi daripada ayam kampung.
Walaupun berdasarkan cerita ayam ini didatangkan oleh imigran dari Tiongkok selatan, ayam nunukan secara genetik memiliki kemiripan dengan ras Rhode Island Red, ayam ras yang dikembangkan di Amerika Serikat.
Ayam pelung :
Ayam pelung adalah ras ayam lokal unggul dari daerah Cianjur, Jawa Barat. Berbeda dengan kebanyakan biakan ayam yang diseleksi untuk penampilan fisik, ayam pelung diseleksi karena suara kokokannya yang panjang dan memiliki lagu. Tentu saja hanya ayam jantan yang memiliki sifat ini.
Ukuran ayam ini relatif besar dengan bulu yang berkilau. Tidak ada standar khusus untuk fisik, tetapi telah ada standar bagi alunan suara kokokan. Ayam dewasa berukuran 5-6 kg dengan tinggi 40-50 cm.
Penangkar dan pemulia pertama ayam ini adalah seorang petani dan tokoh agama dari Desa Bunikasih, Kecamatan Warungkondang, Cianjur, bernama H. Djarkasih (Mama' Acih). Ia memulai penangkaran sejak tahun 1850 dengan mengambil seekor ayam jantan muda yang diamatinya memiliki kokokan lebih panjang daripada yang lainnya. Penangkaran dilakukan pertama kali dengan mengawinsilangkan dengan ayam betina biasa. [1].
Kontes dan lomba ayam pelung telah menjadi kegiatan rutin bagi penggemar-penggemar fanatiknya. Bahkan dalam kunjungan ke Indonesia, Pangeran MahkotaNaruhito dari Jepang, yang dikenal sebagai pemulia ayam ras, menaruh perhatian terhadap ras ini dan membawa beberapa contoh ke Jepang untuk dibiakkan lebih lanjut.
Ayam sentul :
Ayam Sentul adalah ayam lokal khas Ciamis yang memiliki berbagai keunggulan, meskipun sayangnya sempat disebut kurang diperhatikan oleh pemerintah kabupaten Ciamis. Ayam Sentul pada mulanya dipelihara sebagai ayam aduan, bahkan konon merupakan keturunan dari Si Jelug, ayam jago aduan milik Ciung Wanara (kisahnya dapat dibaca pada (Kisah Asal Muasal Ayam Sentul). Sekarang ayam tersebut banyak dipelihara sebagai ayam pedaging dan petelur.
Sepintas Ayam Sentul tidak berbeda dengan ayam kampung biasa, tetapi ia memiliki beberapa kelebihan.
- Pemeliharaan lebih mudah
- Warna bulu menyerupai ayam hias
- Lebih tahan penyakit
- Rasa daging dipercaya lebih gurih dan kenyal
- Bertelur lebih banyak (18-19 butir) dari ayam kampung biasa (13-14 butir)
- Cepat diserap pasar, baik untuk para peternak rakyat.
Ayam banten :
Ayam ini kali pertamanya berkembang di Provinsi Banten. Ayam ini juga dijadikan sebagai ayam pedaging khususnya ayam pejantan yang tidak memiliki postur tubuh yang ideal atau jelek untuk dijadikan ayam aduan.
Penampilan fisik seperti ayam Bangkok. Terlihat tegap terutama pejantan dan berpostur tinggi. Sama seperti ayam Bangkalan, tidak banyak info mengenai ayam Banten. Populasinya diperkirakan telah sedikit dan terancam punah.
Ciri-Ciri Umum Ayam Banten Adalah :
- Ukuran tubuh terlihat besar
- Warna bulu terdiri dari coklat, kuning, kemerahan, dan hitam
- Leher panjang
- Jengger dan Pial berwarna merah
- Paruh pendek berwarna kuning
- Kaki terlihat kuat dan panjang serta berwarna kuning
- Cuping berwarna merah
- Produksi telur berkisar 10 – 15 butir per periode
- Bobot dewasa jantan dapat mencapai 2.5 Kg, sedangkan betina 1.5 Kg
Ayam gaok :
Ayam lokal ini berasal dari Pulau Puteran, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur. Keistimewaannya adalah suara kokoknya yang cukup panjang (landeng) mirip ayam Pelung. Bentuk fisik ayam Gaok jantan besar, tegap, dan gagah. Ukuran jengger dan pialnya besar dan berwarna merah. Warna kuning kehijauan mendominasi bulu-bulunya, ditambah lagi semburat merah dan hitam pada beberapa bagian. Kaki berwarna kuning.
Berat ayam jantan dewasa sekitar 4 kg dan ayam betina sekitar 2-2,5 kg. ayam Gaok yang dipelihara secara intensif selama pengamatan 12 minggu dapat menghasilkan produksi telur sebanyak 30,2 butir, bobot telurnya 46,7 g, fertilitas 80,1%, daya tetas 79,4%, mortalitas 15,3% dan bobot badan pada umur 8 minggu sebesar 515,8 g (Nataamijaya dan Sitorus, 1992).
Ayam gaok jantan (standart pasaran) yg kokoknya panjang/landeng bisa 300-800 ribu rupiah, kalau yg spesial bisa mencapai jutaan rupiah. Sementara ini di daerah kabupaten Bangkalan basis ayam gaok ada di kecamatan Tanah Merah, khususnya di derah Desa Jangkar. sedangkan Gaok betina bisa mencapai 100 - 300 ribu rupiah. sedangkan harga anak ayam gaok umur 1 bulan = 10-15 ribu, 2 bulan 20-25 ribu, 3 bulan 25-30 ribu,.4 & 5 bulan berkisar 50 ribuan,...sedangkan 5-8 bulan (klancoran) bisa mencapai 50-100 ribu rupiah,... Sedangkan telur ayam gaok bisa mencapai 5-8 ribu rupiah perbutir.
Ayam ciparage :
Ayam Ciparage adalah varietas ayam petarung lokal terbaik asli Indonesia. Ayam ini berasal dari kampung Ciparage, Desa Cilamaya, Kabupaten Karawang Jawa Barat.
Konon ayam Ciparage adalah keturunan dari ayam milik adipati Singaperbangsa yang melegenda. Populasi ayam ini tidak diketahui dengan pasti sehingga oleh sebagian ahli dianggap telah punah.
Ayam Ciparage memiliki sosok yang gagah. Sepintas bentuknya mirip ayam Bangkok, namun berukuran lebih kecil. Tubuhnya tampak proporsional dan kokoh. Sayap cukup besar dengan bulu-bulu ekor yang tumbuh lebat. Kepala berukuran sedang. Pial dan gelambir kecil, tumbuh agak ke depan berbentuk chusion, pea atau strawberry.
Paruh ayam Ciparage tergolong pendek, sedikit melengkung dan runcing. Kaki agak pendek, kokoh berwarna kuning kemerahan. Taji tumbuh sangat baik, berukuran besar dan meruncing. Tatapan mata tajam dan waspada. Bobot tubuh berkisar antara 2 – 3 kg.
Ayam Ciparage asli hanya memiliki 2 tipe warna, yaitu: tipe Jalak dengan seluruh bulu tubuh berwarna hitam mengkilat kecuali leher yang berwarna kemerahan dan tipe Jali Emas dengan bulu didominasi warna coklat keemasan.
Dari beberapa sumber, diketahui bahwa ayam ini memiliki gaya bertarung yang cepat seperti ayam Birma. Pukulan tajinya akurat dan bertubi-tubi mengarah ke kepala dan leher lawan. Gaya bertarung seperti ini sangat mematikan bagi lawan yang ukuran tubuhnya sama. Bahkan, ayam Ciparage seringkali mampu mengalahkan lawan yang lebih besar.
Ayam bali :
Ayam Bali dikenal juga dengan sebutan ayam Olagan. Ayam ini berasal dari pulau Bali. Pejantannya dapat dipelihara guna dijadikan sebagai ayam aduan. Sedangkan ayam betina berpotensi dijadikan sebagai penghasil telur dengan produksi telur yang tinggi.
Berdasarkan informasi yang saya dapatkan pejantan ayam Bali ini kurang tangguh dalam aduan, seringnya jika telah terpukul oleh lawan sering sekali menghindar seperti akan kabur. Namun pukulannya tidak kalah dengan ayam aduan seperti ayam Bangkok dan ayam Birma.
Keunggulan ayam ayam Bali/Olagan lebih tahan terhadap penyakit dari pada ayam kampung.
Saat ini populasi ayam Bali dikabarkan terus mengalami penurunan hal ini disebabkan warga Bali tidak menggunakannya untuk dipakai dalam upacara persembahan, sehingga jarang di pelihara.
Ciri-Ciri Umum Ayam Bali/Olagan adalah :
- Tubuh terlihat lebih kecil dari ayam Bangkok dan cenderung sama dengan ayam kampung
- Warna bulu terdiri dari coklat, hitam yang menyatu dengan warna putih, merah dan kuning
- Jengger kecil berwarna merah
- Leher terlihat pendek dan bulu tidak tumbuh sempurna
- Paruh pendek dan berwarna kuning dan kuning
- Kaki terasa halus dan berwarna kuning terkadang berwarna putih
- Menghasilkan telur sekitar 18 – 20 butir per periode
- Bobot dewasa jantan 2- 2.5 Kg, sedangkan betina dewasa 1.8 - 2 Kg.
Ayam ayunai :
Ayam Ayunai adalah unggas lokal berukuran sedang dari Merauke, Papua. Keunikan ayam ini terletak pada absennya bulu dari kepala hingga bagian atas tembolok sehingga leher tampak polos alias gundul mirip dengan ayam bali dan ayam saigon.
Berat tubuh ayam jantan dewasa berkisar 3,4─4 kg dan ayam betina berkisar 1,5─2 kg. Produksi telur 10─14 butir per periode peneluran. Dalam satu tahun produksi telur sebanyak 40─60 butir. Bobot telur 60─75 g. Prosentase karkas 75─80%.
Umur siap kawin 8 bulan (jantan) dan 7 bulan (betina). Umur mulai fase produksi 6 bulan, lama produksi bertelur 30 bulan. Jarak antara masa bertelur 10─14 hari. Masa rontok bulu antar masa bertelur 6 minggu.
Dilihat dari produksi telur dan bobotnya, Ayam Ayunai sangat cocok dibudidayakan sebagai ayam petelur dan pedaging.
Demikian beberapa ragam ayam asli Indonesia dan masih banyak lagi jenis dan ragam di masing - masing daerah. Semoga artikel ini dapat sedikit membantu untuk mengenali berbagai ragam ayam asli Indonesia.
http://ayamkampungasli88.blogspot.com/2014/12/budidaya-ayam-kampung.html
http://ayamkampungasli88.blogspot.com/2014/12/budidaya-ayam-kampung.html
3 komentar:
trimakasih menambah kekayaan mengenai perunggasan
Di mana saya bisa mendapat kan ayam kedu
Bang saya butuh ayam kampung jantan yg warna bulunya semuanya berwarna hitam apa ada?dan kenapa nomor wa nya gk bisa di hubungi, gmn caranya sy bisa terhubung dg Abang
Posting Komentar